Bandar Lampung, Harianduta.com-Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Bandar Lampung menggelar kegiatan IMM Mengaji Al-Kahfi dan Doa Bersama untuk korban banjir di depan Kantor Pemerintah Kota Bandar Lampung, Kamis (27/2/2025). Acara yang berlangsung dengan khidmat ini sebagai bentuk keprihatinan atas musibah banjir yang kembali melanda kota tersebut.
Pembacaan surat Al-Kahfi dipimpin oleh Khaitsam, Ketua PK IMM FKIP Universitas Muhammadiyah Lampung, serta dilanjutkan berdoa secara bersama-sama yang dipimpin oleh Almadani kader IMM Fakultas Tarbiyah UIN Raden Intan Lampung dan diikuti oleh kader-kader IMM Kota Bandar Lampung. Ketua IMM Kota Bandar Lampung, M. Teten Rizki Saputra, menyampaikan bahwa kegiatan ini dilakukan sekaligus mengingat momentum mendekati bulan suci Ramadan sehingga memanjatkan doa agar banjir tidak lagi melanda di kota bandar lampung .
“Doa ini sebagai kegiatan sakral, bentuk kepedulian kepada masyarakat yang terdampak banjir, terutama karena hari ini banjir kembali terjadi,” ujar Teten.
Teten juga berharap agar Bandar Lampung bisa segera pulih dari bencana ini. “Kami ingin kota ini benar-benar terbebas dari permasalahan banjir yang terus berulang,”
Tak hanya berhenti di doa bersama, IMM berencana melakukan aksi nyata dengan menggalang dana untuk membantu korban banjir sehingga kepada korban yang terdampak bisa khusyu’ dalam menjalankan ibadah puasa. Selain itu, IMM juga membuka peluang bagi organisasi lain untuk ikut serta dalam hal aksi kemanusiaan seperti. “Ke depan akan ada informasi lebih lanjut, harapannya organisasi lain juga dapat ikut terlibat dan menyuarakan kepedulian terhadap isu ini,” ungkapnya.
Selain dari itu IMM mempertanyakan Langkah Pemerintah, Solusi Jangka Panjang menjadi harapan.
IMM menilai di tengah keprihatinan yang terus berulang setiap kali hujan mengguyur, respons pemerintah pasca-banjir mulai dipertanyakan. Upaya memberikan bantuan sembako serta mengerahkan tim kesehatan memang penting untuk memastikan kesejahteraan masyarakat yang terdampak. Namun, langkah konkret untuk mencegah banjir agar tidak terus terulang masih menjadi tanda tanya besar.
“Hujan dengan intensitas rendah saja sudah cukup membuat beberapa titik di Bandar Lampung tergenang. Apa strategi pemerintah untuk mengatasi penyebab utama banjir ini?” ujarnya.
Salah satu solusi yang disampaikan oleh Ketua IMM Bandar Lampung ini adalah peningkatan ruang terbuka hijau (RTH), memperbaiki sistem drainase sebagai saluran air, mengoptimalkan titik-titik resapan air dan menormalisasikan saluran sungai yang ada kota bandat lampung . Namun, kenyataan di lapangan justru menunjukkan maraknya perusakan kawasan resapan air tanpa izin, seperti yang terjadi di Bukit Kecapi, Kelurahan Campang Raya, Kecamatan Sukabumi. Lahan yang seharusnya berfungsi sebagai area resapan kini berubah menjadi permukiman atau dialihfungsikan untuk kepentingan lain, meski telah dipasang papan informasi bertuliskan “Wilayah Resapan Air Milik Pemerintah”.
Mahasiswa pun mempertanyakan sikap pemerintah terhadap perusakan lahan resapan di tengah maraknya banjir. Tanpa tindakan tegas, upaya mitigasi banjir berisiko menjadi sekadar retorika tanpa implementasi nyata.
Hal yang menjadi harapan besar untuk pemerintah kota bandar lampung, agar apa yang akan menjadi rencana kedepan untuk dilakukan pemerintah kota bandar lampung dapat dirasakan langsung, menyentuh dan bermanfaat untuk mensejahterakan masyarakat.