Gubernur Mirza Dukung Petani Singkong

432 views
Foto Ist

Bandar Lampung, Harianduta.com-Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal menemui ratusan petani singkong dan mahasiswa yang menginginkan kepala daerah intervensi terhadap harga singkong yang saat ini tak sesuai dengan biaya produksi.

Gubernur menyayangkan sikap sebagian pendemo yang menolak dialog terbuka. “Kenapa hari ini tidak mau diajak diskusi, Padahal ini bukan pertama kali kita buka ruang dialog,” ungkapnya.

Ia menilai adanya indikasi adanya provokator yang mencoba menunggangi aksi. Pemprov Lampung menghimbau seluruh elemen masyarakat untuk tidak mudah terpancing provokasi dan tetap menjaga aksi agar aksi tetap kondusifitas.

Gubernur Mirza mengatakan aksi sepihak bisa berdampak buruk bagi petani sendiri. “Kalau pabrik tutup, siapa yang akan beli singkong?” tanyanya. “Mari kita jaga bersama Lampung,” pungkasnya.

Menurutnya, dirinya sejak awal telah berjuang keras membela kepentingan petani. “Jangan bilang saya tidak dukung petani singkong, keluarga saya juga terdampak dan saya sangat memahaminya,” ujarnya.

Sebagian perwakilan pengunjuk rasa akhirnya bersedia berdialog di Balai Keratun, Komplek Kantor Gubernur. “Pemerintah tidak memaksakan harga, tapi kita cari titik adil yang baik untuk semua pihak,” katanya. .

Dia mengajak petani singkong dan mahasiswa melihat kondisi nasional dan internasional. Kalau pabrik tutup, siapa yang akan beli singkong? tanyanya. “Mari kita jaga bersama Lampung,” pungkasnya.

Sebelumnya, aksi unjuk rasa ratusan petani singkong yang berlangsung di depan Gedung DPRD Lampung, Senin (5/5/2025), berujung ricuh. Kericuhan pecah sekitar pukul 12.00 WIB, ketika massa mulai memaksa masuk dengan merusak pembatas kawat berduri serta melempari batu ke arah aparat persisnya di depan gedung dewan.

Pantauan di lapangan, massa yang tergabung dalam Aliansi Petani Singkong Menggugat awalnya menggelar aksi damai dengan membawa spanduk dan poster bertuliskan tuntutan agar pemerintah segera menetapkan harga dasar singkong dan menghentikan permainan tengkulak.

Namun, situasi berubah tegang ketika tidak satu pun perwakilan pemerintah maupun dewan tidak menemui mereka. Teriakan kekecewaan mulai menggema, dan beberapa peserta aksi mulai mendorong merusak pagar pembatas. Tak lama kemudian, sejumlah orang melempar batu ke arah aparat yang berjaga dilokasi. Sehingga salah satu petugas mengalami luka.

“Kami disini mewakili petani. Tapi wakil rakyat malah sembunyi!” teriak salah satu demonstran dengan pengeras suara