Kepala BPDAS Lampung Idi Bantara Raih Penghargaan Kalpataru Kategori Pengabdi Lingkungan

101 views

Kepala BPDAS Idi Bantara (Ist)

Bandar Lampung, Harianduta.com-Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Way Seputih Way Sekampung (BPDAS WSS) Lampung, Idi Bantara, raih penghargaan Kalpataru kategori Pengabdi Lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Idi Bantara (57) seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di BPDAS Way Seputih Way Sekampung, Provinsi Lampung.

Dia berhasil meraih penghargaan Kalpataru 2024 kategori Pengabdi Lingkungan.

Idi Bantara satu dari 10 sepuluh nama penerima penghargaan Kalpataru 2024 yang termuat dalam Keputusan Menteri LHK Nomor 574 Tahun 2024 tentang Penerima Penghargaan Kalpataru Tahun 2024.

Sepuluh nama tersebut dipilih berdasarkan hasil Sidang Dewan Pertimbangan Penghargaan Kalpataru II pada 15 Mei 2024.

Penerima penghargaan itu dibagi berdasarkan kategori berbeda, dan Idi Bantara raih penghargaan Kalpataru kategori Pengabdi Lingkungan.

Sepuluh nama penerima penghargaan Kalpataru 2024:

I. Kategori Perintis Lingkungan

Pada kategori ini, terdapat empat orang yang menerima penghargaan. Mereka ialah Adolof Olof Wonemseba, Infirmus Abi, Sururi, dan Komang Anik Sugiani.

1. Adolof merupakan nelayan asal Papua Barat yang merintis pelestarian populasi kima (Tridacna gigas) sejak tahun 2011.

Hingga kini Adolof konsisten melakukan pemeliharaan dan pelestarian populasi kima dengan cara membuat suatu kawasan khusus untuk tumbuh kembang kima. Kegiatan tersebut berhasil mencegah kepunahan kima akibat perburuan masyarakat.

2. Infirmus Abi berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia merupakan tukang batu yang sejak tahun 1988 merintis kegiatan konservasi lahan kritis di kemiringan 30 derajat pada tanah berbukit dengan pohon bambu.

Infirmus berhasil memulihkan debit dan mutu air sehingga menjadi sumber air bagi masyarakat dan pertanian.

3. Sururi merupakan ‘profesor’ mangrove tamatan SD yang berasal dari Jawa Tengah.

Sejak tahun 1995, ia melakukan rehabilitasi dan pelestarian mangrove seluas 88 hektare dengan 850 ribu pohon di pesisir utara Kota Semarang.

Sururi berhasil memulihkan daratan pesisir 700 meter dari bibir pantai yang terdampak abrasi dan banjir rob di tiga kelurahan serta meningkatkan populasi fauna endemik.

4. Komang Anik Sugiani (34) yang merupakan dosen dan aktivis Yayasan Project Jyoti Bali.

Ia merintis kegiatan pengurangan dan pengelolaan sampah organik dan anorganik melalui program Polusi Jadi Solusi sejak tahun 2016.

Kegiatannya berhasil mengurangi volume sampah sebanyak 24,6 ton dan berhasil menjadi agent of change dalam pengelolaan lingkungan.

II. Kategori Pengabdi Lingkungan

Peraih penghargaan ini adalah Idi Bantara (57). Ia merupakan ASN di BPDAS Way Seputih Way Sekampung. Sejak 2011, Idi memanfaatkan kotoran gajah untuk kompos blok sebagai media tanam ramah lingkungan.

Idi juga berkontribusi dalam penanganan konflik dan tenurial di Gunung Balak, mengembangkan Gubal Gaharu melalui Bioserum Non Fusarium dan inovasi media semai cetak (MSC) untuk mengurangi limbah plastik polybag.

III. Kategori Penyelamat Lingkungan

Pada kategori ini, peraihnya adalah Masyarakat Hukum Adat (MHA) Punan Batu Benau Sajau, Kelompok Sadar Wisata Bekayuh Baumbai Bebudaya, dan Kelompok Tani Hutan Wana Paksi.

IV. Kategori Pembina Lingkungan

Pemenangnya terdiri dari dua individu, yakni Dindin Komarudin dan Rukmini Paata Toheke.

1. Dindin (52) seorang wiraswasta.

Sejak tahun 2011 melakukan kegiatan pemanfaatan sampah anorganik untuk didaur ulang dengan melibatkan anak jalanan, dan menginisiasi pembentukan Yayasan dan Bank Sampah Kumala.

Dindin berhasil membina 300 anak jalanan, di mana 25 orang diberdayakan sebagai trainer kegiatan daur ulang bersertifikasi.

Sebanyak 49 orang mantan anak jalanan sudah memiliki pekerjaan yang laik bahkan dua orang menjadi PNS.

Kegiatan itu disebut berhasil menekan tingkat kriminalitas anak jalanan khususnya di Kecamatan Tanjung Priok. Hingga kini, Dindin telah melatih 12.768 orang di Indonesia.

2. Rukmini Paata Toheke perempuan asal Sulawesi Tengah.

Rukmini seorang Tina Ngata atau ibu kampung di komunitas di Desa Toro. Sejak 1994, Rukmini berjuang menggali kembali peran penting perempuan adat untuk menjaga hutan Toro.

Ia juga menginisiasi berdirinya Sekolah Adat Ngata Toro dan menulis buku tentang Perempuan dan Konservasi ke dalam modul ajar sebagai materi sekolah adat.

Rukmini mengajarkan anak didik usia 5-12 tahun melalui sekolah adat Desa Toro.

Sebagai informasi, penghargaan Kalpataru digagas Menteri Negara Lingkungan Hidup Emil Salim di tahun 1980.

Sebelum bernama Kalpataru, penghargaan ini sudah diberikan dengan nama Hadiah Lingkungan.

Baru pada 1981 bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Penghargaan Kalpataru diberikan untuk memotivasi, dan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup.

Penghargaan Kalpataru diberikan kepada individu dan di Indonesia